Selasa, 28 Mei 2013

Client Center Counseling



BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
             Indonesia sebagai bangsa yang multikultural terdiri dari suku-suku dan kelompok-kelompok dalam masyarakat. Banyaknya kelompok dalam masyarakat tidak bisa dipungkiri lagi akan timbulnya masalah-masalah yang bersumber dari latar belakang kelompok dan budaya yang berbeda-beda. Dalam hal ini sangat diperlukan adanya bimbingan dan konseling yang dapat menyatukan antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain. Salah satunya yakni dengan menggunakan bimbingan dan konseling kelompok.Layanan kelompok memberikan manfaat kepada sejumlah individu. Kemanfaatan yang lebih meluas inilah yang paling menjadi perhatian semua pihak berkenaan dengan layanan kelompok tersebut. Apalagi pada zaman sekarang ini, zaman yang menekankan perlunya efisiensi, perlunya perluasan pelayanan jasa yang mampu menjangkau lebih banyak konsumen secara tepat dan cepat, layanan kelompok semakin menarik. Dalam layanan kelompok interaksi antarindividu anggota kelompok merupakan suatu yang khas, yang tidak mungkin terjadi pada konseling perseorangan.
             Dalam pelaksanaannya, bimbingan dan konseling kelompok memerlukan teknik-teknik atau cara-cara agar proses konseling tidak berjalan di luar jalur yang sudah ditentukan. Setiap layanan konseling tentunya memiliki teknik atau cara yang berbeda-beda. Bimbingan dan konseling kelompok memiliki beberapa teknil layanan yang akan diterapkan pada klien. Salah satunya yakni dengan teknik client-centered. Client-centered merupakan teknik dalam bimbingan dan konseling yang biasa digunakan oleh para konselor sebagai pemahaman terhadap klien. Pada kesempatan ini akan dibahas secara lebih rinci mengenai teknik client-centered dalam konseling kelompok.

B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apa yang dimaksud dengan client-centered counseling ?
2.      Ciri-ciri apa saja yang melekat pada teknik client-centered counseling ?
3.      Bagaimana langkah-langkah dalam teknik client-centered counseling ?
4.      Teknik apa saja yang diperlukan dalam client-centered counseling ?
5.      Bagaimana peran seorang konselor dalam teknik client-centered counseling ?
6.      Bagaimana penerapan teknik client-centered counseling dalam bimbingan dan konseling kelompok ?

C.     TUJUAN PENULISAN
1.      Untuk mengetahui dan memahami pengertian atau definisi dari client-centered counseling secara mendalam.
2.      Untuk mengetahui ciri-ciri client-centered counseling  dalam penerapannya.
3.      Untuk mengetahui secara sistematis langkah-langkah yang harus ditempuh dalam teknik client-centered counseling.
4.      Untuk mengetahui teknik-teknik yang diterapkan dalam client-centered counseling .
5.      Untuk mengetahui secara mendetail peran konselor dalam client-centered counseling.
6.      Untuk mengetahui bagaimana penerapan teknik client-centered counseling dalam layanan bimbingan dan konseling kelompok.











BAB II
PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN CLIENT-CENTERED COUNSELING
Client-Centered Counseling (konseling yang berpusat pada klien)
dikembangkan oleh Carl Ransom Rogers, salah seorang psikolog klinis yang sangat menekuni bidang konseling dan psikoterapi.
Menurut Roger, dalam Mc.Loed client-centered counceling merupakan teknik konseling dimana yang paling berperan adalah klien sendiri, klien dibiarkan untuk menemukan solusi mereka sendiri terhadap masalah yang tengah mereka hadapi.
Hal ini memberikan pengertian bahwa peran konselor dalam teknik ini hanya sebatas mengarahkan,mempengaruhi dan memberikan dorongan kepada klien agar klien dapat memikirkan sendiri dan mencari solusi permasalahannya sendiri.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Sukardi yang biasa menyebut clien-centered counseling sebagai konseling non-direktif dalam bukunya Pengantar Bimbingan dan Konseling, menyatakan bahwa clien-centered counseling adalah suatu teknik dalam bimbingan dan konseling yang menjadi pusatnya adalah klien dan bukan konselor.
Carl Roger berpendapat dalam teorinya bahwa setiap individu memiliki kemampuan dalam diri sendiri untuk mengerti diri, menentukan hidup, dan menangani masalah-masalah psikisnya asalkan konselor menciptakan kondisi yang dapat mempermudah perkembangan individu untuk aktualisasi diri.Menurut Roger manusia yang sadar dan rasional tidak lagi dikontrol oleh peristiwa kanak – kanak seperti yang diajukan oleh aliran freudian, pengalaman seksual sebelumnya. Rogers lebih melihat pada masa sekarang, dia berpendapat bahwa masa lampau memang akan mempengaruhi cara bagaimana seseorang memandang masa sekarang yang akan mempengaruhi juga kepribadiannya. Namun ia tetap berfokus pada apa yang terjadi sekarang bukan apa yang terjadi pada waktu itu.
Teknik client-centerd conseling merupakan upaya bantuan penyelesaian masalah yang berpusat pada klien. Klien diberi kesempatan untuk mengemukakan persoalan, perasaan dan pikiran-pikirannya secara bebas. Pendekatan ini berasumsi dasar bahwa seseorang yang mempunyai masalah sendiri tetapi oleh karena suatu hambatan, potensi dan kemampuannya itu tidak dapat berkembang atau berfungsi sebagaimana mestinya.
Jadi, teknik clien-centered counseling merupakan salah satu teknik bimbingan dan konseling yang lebih menekankan pada aktivitas klien dan tanggung jawab klien sendiri. Sebagian besar proses konseling diletakkan dipundak klien sendiri dalam memecahkan masalah yang mereka hadapi dan konselor hanya berperan sebagai partner dalam maembantu untuk merefleksikan sikap dan peran-perannya untuk mencari serta menemukan cara yang terbaik dalam pemecahkan masalah klien.

B.     CIRI-CIRI TEKNIK CLIENT-CENTERED COUNSELING
1.      Client-centered counseling difokuskan pada tanggung jawab dan kesanggupan klien untuk menemukan cara-cara menghadapi kenyataan secara lebih penuh. Klien, sebagai orang yang paling mengetahui dirinya sendiri, adalah orang yang harus menemukan tingkah laku yang lebih pantas bagi dirinya.
2.      Teknik client-centered menekankan dunia fenomenal klien. Dengan empati yang cermat dan dengan usaha untuk memahami kerangka acuan internal klien, konselor memberikan perhatian terutama pada persepsi diri klien dan persepsinya terhadap dunia.
3.      Adanya sikap-sikap tertentu pada konselor (ketulusan, kehangatan, penerimaan yang nonposesif, dan empati yang akurat) yang membentuk kondisi-kondisi yang diperlukan dan memadai bagi keefektifan terapeutik pada klien. Teknik client-centered memasukkan konsep bahwa fungsi konseling adalah tampil langsung dan bisa dijangkau oleh klien serta memusatkan perhatian pada pengalaman pada saat prose konseling berlangsung yang tercipta melalui hubungan antara klien dan konselor.
4.      Teknik konseling  client-centered dikembangkan melalui penelitian tentang proses dan hasil konseling. Teknik client-centered bukanlah suatu teknik yang tertutup, melainkan suatu teknik yang tumbuh melalui observasi-observasi konseling bertahun-tahun dan yang secara sinambung berubah sejalan dengan  peningkatan pemahaman terhadap manusia dan terhadap proses konseling yang dihasilkan oleh penelitian-penelitian baru.

C.     LANGKAH-LANGKAH TEKNIK KONSELING CLIENT-CENTERED
Menurut Rogers, langkah-langkah pelaksanaan teknik konseling client-centered adalah sebagai berikut :
1.      Klien datang untuk meminta bantuan kepada konselor secara sukarela.
Bila klien datang atas petunjuk seseorang, maka konselor harus mampu menciptakan suasana permisif, santai, penuh keakraban dan kehangatan, serta terbuka, sehingga klien dapat menetukan sikap dalam pemecahan masalahnya.
2.      Merumuskan situasi bantuan. Dalam merumuskan konseling sebagai bantuan untuk klien , klien didorong untuk menerima tanggung jawab untuk melaksanakan pemecahan masalahnya sendiri. Dimana dorongan ini hanya bisa dilakukan apabila konselor yakin pada kemampuan klien untuk mampu membantu dirinya sendiri.
3.      Konselor mendorong klien untuk mengungkapkan perasaannya secara bebas, berkaitan dengan masalahnya.Dengan menunjukkan sikap permisif, santai, penuh keakraban, kehangatan, terbuka, serta terhindar dari ketegangan-ketegangan, memungkinkan klien untuk mengungkapkan perasaannya, sehingga dirasakan meredanya ketegangan atau tekanan batinnya.
4.      Konselor secara tulus menerima dan menjernihkan perasaan klien yang sifatnya negative dengan memberikan respons yang tulus dan menjernihkan kembali perasaan negative dari klien.
5.      Setelah perasaan negative dari klien terungkapkan,maka secara psikologis bebannya mulai berkurang. Sehingga ekspresi-ekspresi positif akan muncul, dan memungkinkan klien untuk bertumbuh dan berkembang.
6.      Konselor menerima perasaan positif yang diungkapkan klien. Artinya konselor menerima segala keluhan-keluhan yang diungkapkan klien dengan sikap menerima apa adanya dan tidak berperasangka negatif sebelumnya.
7.      Saat klien mencurahkan perasaannya secara berangsur muncul perkembangan  terhadap wawasan (insight) klien mengenal dirinya, dan pemahaman (understanding) serta penerimaan diri tersebut.
8.      Apabila klien telah memiliki pemahaman terhadap masalahnya dan menerimanya, maka klien mulai membuat keputusan untuk melangkah memikirkan tindakan selanjutnya. Artinya bersamaan dengan timbulnya pemahaman, muncul proses verfikasi untuk mengambil keputusan dan tindakan memungkinkan yang akan diambil.

D.    TEKNIK KONSELING CLIENT-CENTERED
Dalam penerapannya, konseling dengan teknik client-centered memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1.      Congruence (keselarasan antara pikiran dan perilaku konselor dengan klien, maka konselor terbuka dan natural). Ketika seorang klien mengatakan keengganannya mengunjungi konselor karena baginya membuang-buang waktu konselor, maka sikap konselor  yang ditunjukkan bahwa bagi konselor hal ini tidak akan mebuang-buang waktunya dan mengungkapkan bahwa konselor ingin bertemu dengan klien dilain waktu lagi jika konselor bersedia.
2.      Unconditional positive regard (penerimaan dan penghargaan tanpa syarat). Ketika klien mengatakan bahwa masalahnya tidak akan berhasil diselesaikan maka konselor dapat bersikap dengan memberikan percayaan pada klien bahwa ia dapat menyelesaikan masalahnya dan konselor  akan menerima klien apabila ia bersedia datang kembali.
3.      Empathic understanding (menyelami alam perasaan konseli/seolah-olah konselor mengenakan kepribadian konseli). Saat klien menceritakan suatu kejadian, maka konselor mencoba memahami situasi saat itu yang terjadi pada klien dan mencoba mendapatkan tanggapan kembali dari klien dengan lebih banyak informasi.
4.      Relationship , yaitu konselor menjalin hubungan yang baik dengan konseli. Artinya bahwa hubungan antarpribadi konselor dan klien yang saling berkomunikasi menjadi kunsi sukses atau gagalnya proses wawancara konseling.

E.     PERAN KONSELOR DALAM TEKNIK CLIENT-CENTERED COUNSELINNG
1.      Konselor berperan sebagai fasilitator, yaitu konselor hanya mengarahkan klien agar mereka dapat mengambil keputusan dan memecahkan masalahnya sendiri dengan tepat sesuai keinginan klien dan tentunya dengan arahan yang tepat pula.
2.      Konselor  merefleksikan perasaan-perasaan klien , sedangkan arah pembicaraan ditentukan oleh klien.
3.      Konselor  menerima individu dengan sepenuhnya dalam keadaan atau kenyataan yang bagaimanapun.
4.      Konselor memberi kebebasan kepada klien untuk mengekspresikan perasaan sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya.
5.      Konselor harus dapat membuat klien merasa nyaman, menghormati klien, dan menghargai klien apa adanya.
6.      Konselor tidak membiarkan klien berjalan sendiri jika pada suatu ketika menemukan sendiri apa yang ingin dicapai, tetapi konselor tetap mengatur proses konseling menurut fase-fase tertentu dengan mengambil pula langkah-langkah kerja tertentu.

F.      PENERAPAN TEKNIK CLIENT-CENTERED DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING KELOMPOK
Teknik konseling client-centered selain diterapkan dalam konseling perseorangan dapat juga diterapkan dalam proses konseling kelompok. Adapun penerapan teknik client-centered menurut kami (Nia&Yuni) adalah sebagai berikut :
“Mula-mula klien dari latar belakang yang berbeda, dengan masalah yang berbeda-beda pula (heterogen) , dikumpulkan dalam satu kelompok yang nantinya akan terbawa dalam suasana konseling. Kemudian konselor memberikan instruksi pada klien untuk mengungkapkan apa yang menjadi masalah, apa yang sedang dipikirkan dan dirasakan pada saat itu. Secara bergantian klien mengunkapkan masalahnya masing-masing. Tentunya disini tidak hanya konselor saja yang bisa mendengarkan, memperhatikan, menyimak,  tetapi antara klien yang satu dengan klien yang lain pun dapat saling mendengarkan apa saja yang disampaikan daripada klien yang bersangkutan. Disitulah konselor memberikan kebebesan pada klien untuk mengungkapkan masalahnya tanpa suatu batasan. Dalam konseling tersebut, klienlah yang aktif berbicara, konselor cukup mendengarkan terlebih dahulu. Melalui dinamika interaksi sosial yang terjadi diantara anggota kelompok, masalah yang dialami oleh masing-masing individu anggota kelompok dicoba untuk dientaskan. Hal tersebut memberikan kesempatan bagi klien untuk berani menanggapi, membantu, menyampaikan pendapat, saran, dari masalah yang dihadapi klien lain. Maka terjadilah proses interaksi antara klien satu dengan klien lain tentunya dengan arahan konselor. Jadi dalam hal itu klien benar-benar aktif dalam proses konseling. Setelah itu giliran konselorlah yang memegang peranan dan mengatur proses konseling yaitu memberikan bantuan terhadap masalah-masalah yang disampaikan klien dengan memilih dan memilah masalah mana yang mendapat penyelesaian sama dan masalah mana yang perlu mendapat penanganan secara khusus yaitu melalui konseling perseorangan. Dalam konseling kelompok klien memperoleh bahan-bahan bagi pengembangan diri dan pengentasan  masalahnya baik dari konselor maupun klien lain dalam satu kelompok. Dinamika interaksi sosial secara intensif terjadi dalam suasana kelompok akan meningkatkan kemampuan pengendalian diri, tenggang rasa dan keberanian. Dengan teknik client-centered dalam konseling kelompok maka dapat menunjang kemampuan klien untuk berani mengambil keputusan sendiri, berani berkomunikasi diantara banyak orang, dan mengembangkan kepribadian dirinya secara matang.”





BAB III
PENUTUP


A.    KELEBIHAN DAN KELEMAHAN TEKNIK CLIENT-CENTERED COUNSELING
1.      Kelebihan client-centered counseling
a.       Menekankan pada peranan klien sendiri sebagai pihak yang akhirnya menentukan keberhasilan atau kegagalan proses konseling sesuai dengan keinginan klien.
b.      Klien diberi kebebasan untuk menentukan apa yang akan diubahnya pada diri sendiri.
c.       Lebih mementingkan hubungan antarpribadi.
d.      Lebih mementingkan konsep diri (penghayatan dan kesadaran tentang dirinya sendiri).
e.       Konselor menunjukkan sikap penuh pemahaman dan penerimaan.
f.       Tingginya rasa menghargai terhadap apa yang menjadi keputusan klien.
g.        Lebih menekankan pada sikap konselor dari pada teknik.
h.      Lebih pada penekanan emosi, perasaan dan afektif dalam konseling

2.      Kelemahan client-centered counseling
a.       Sejumlah ahli psikologi konseling menunjuk pada tekanan terlalu besar yang diberikan pada perasaan, sehingga komponen berpikir rasional tidak mendapat tempat yang sewajarnya.
b.      Tujuan konseling pengembangan diri yang maksimal dianggap terlalu umum, sehingga diragukan apakah suatu proses konseling akan menghasilkan perubahan konkrit yang tampak jelas dalam perilaku klien pada saat-saat perubahan, apalagi tanpa pengarahan dan sugesti-sugesti dari pihak konselor.
c.       Tidak semua klien dapat menangkap makna dari apa yang diterapkan oleh konselor, sehingga mereka merasa seolah-olah dibiarkan berputar-putar dalam dirinya sendiri tanpa ada tujuan dan arah yang jelas.
d.      Teknik client-centered counseling kurang tepat untuk diterapkan pada klien yang memiliki tingkat kecerdasan yang biasa-biasa saja , karena bisa menimbulkan kebingungan daripada klien untuk berbuat apa dan harus bagaimana.
e.       Teknik client-centered cuonseling dianggap terlalu terikat dengan kebudayaaan Amerika Serikat yang sangat menghargai dan yakin atas kemandirian seseorang dalam kehidupan masyarakat dan pengembangan potensi-potensi individual yang dimiliki oleh masing-masing warga masyarakat, sedangkan di Indonesia belum sepenuhnya masyarakat bisa seperti oarang-orang Amerika Serikat.

B.     KESIMPULAN
Teknik client-centered counseling merupakan salah satu teknik bimbingan dan konseling yang lebih menekankan pada aktivitas klien dan tanggung jawab klien sendiri. Sebagian besar proses konseling diletakkan dipundak klien sendiri dalam memecahkan masalah yang mereka hadapi dan konselor hanya berperan sebagai partner dalam membantu untuk merefleksikan sikap dan peran-perannya untuk mencari serta menemukan cara yang terbaik dalam pemecahkan masalah klien.

C.     SARAN
1.      Dalam teknik client-centered counseling konselor tidak boleh begitu saja melepaskan tanggung jawab dalam membimbing klien meskipun klien sudah dapat menemukan solusi dari permasalahannya namun konselor masih harus memantau perkembangan klien.
2.      Konselor tidak memberikan batasan apapun kepada klien, dengan kata lain konselor memberikan kebebasan pada klien untuk mengutarakan keluhan-keluhan dan masalahnya agar supaya klien merasa lega setelah melakukan proses konseling ini.
3.      Konselor tetap melakukan pengawasan dan perhatian kepada klien atas perkembangan apa saja yang sudah dicapai oleh klien.
4.      Sebagai klien hendaknya tidak perlu ragu lagu untuk menetapkan langkah  dan bertindak karena hasil keputusan dari masalah adalah keputusannya sendiri sesuai dengan arahan konselor.
5.      Konselor tidak serta-merta merasa puas begitu saja terhadap konseling yang diberikan tetapi juga harus memikirkan dampak atau kemungkinan-kemungkian yang terjadi disertai dengan penyelesaiannya.
6.      Teknik client-centered counseling sebaiknya tidak untuk diterapkan pada klien yang pasif.






















DAFTAR PUSTAKA

Corey, Gerald. 2010. Teori dan Praktek Konseling & Psokoterapi. Bandung: Refika Aditama.
Prayitno, Erman Amti. 1999. Dasar – Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta : Rineka Cipta.